Mengenal Lebih Dekat Tari Cokek Si Pat Mo yang Dilestarikan di Kota Tangerang
Sebagai Kota Megapolitan dan penyanggah Ibu Kota Jakarta, Kota Tangerang memiliki masyarakat yang heterogen. Bukan hanya terdiri dari satu Entitas dan Suku, namun masyarakatnya dari berbagai kalangan suku, bangsa, etnis dan agama. Salah satu etnis yang paling terkenal di wilayah Tangerang adalah etnis Tionghoa atau lebih dikenal Cina Benteng (Ciben).
Ketua Sanggar Tari Lentera, Henny Lim bercerita, pada masa sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia, warga Ciben di Tangerang memiliki ritus sebelum pernikahan, peribadatan atau pesta panen raya, yakni dengan menampilkan tarian 'Cokek Si Pat Mo' oleh sekelompok gadis belia.
" Tarian Cokek Si Pat Mo adalah tarian khas dari Tangerang. Tarian Cokek Si Pat Mo adalah hasil dari akukturasi budaya Tionghoa dan Betawi. Saya melihat tari cokek si pat mo adalah sebuah warisan budaya yang harus tetap dijaga dan juga dilestarikan," tukasnya.
Ia pun menjelaskan, Tari Cokek Si Patmo melambangkan kesucian seorang gadis. Alunan musik gambang kromong menjadi pengiring Tarian Cokek Si Pat Mo. Dengan kostum berwarna kuning dan celana ungu lengkap dengan selendang merah, semakin menegaskan keanggunan setiap penarinya.
Setiap gerakan yang diperagakan seolah memberikan simbol implisit tersendiri. Henny Lim menyebut, makna dari Tarian Cokek Si Pat Mo sendiri itu artinya menjaga kesucian panca Iindera dan empat lubang tubuh lainnya.
"Setiap gerakannya adalah aksi melambangkan untuk menjaga lubang hati, menjaga pikiran, menjaga telinga, menjaga pandangan, menjaga hidung, menjaga mulut, menjaga kemaluan, menjaga dubur dan menjaga segala perbuatan keji oleh tangan," tegas Henny.
Oleh sebab itu, setiap gerakan Tarian Cokek Si Pat Mo lemah lembut dan penuh kesantunan. " Tarian Cokek Si Pat Mo gerakannya lembut, tetapi kalau kita membawakan dengan hati, gerakan kita akan berbeda. Tarian ini sangat indah, terhormat serta membanggakan masyarakat Cina Benteng," tambah Henny yang akrab disapa Bu Heni itu.
0 Komentar:
Komentar